Maaf jika aku masih suka mengenangmu, masih suka lancang mengungkit-ungkit cerita lama. Aku hanya ingin kamu memahami, hingga detik ini aku masih sosok yang dulu.
Sosok yang dulu kerap memuja senyum di bibirmu, sosok yang acap kali sulit tidur manakala rindu terus menggebu di dada.
Dan sampai detik ini pula, rasa itu masih berjiwa di sana,
Hingga saat ini, aku merasa memang hanya kamu yang sanggup mengerti diri ini, yang mampu mengenalku lebih dalam. Untuk kamu tau, aku masih seperti dulu.
Yang selalu membutuhkanmu.
Di manapun kamu saat ini, dengan siapapun kisahmu berlanjut, entah apapun mimpi yang sedang kamu rajut, tak tau doa apa yang kini sering kamu panjatkan.
Percayalah, aku bahagia untuk itu. Karena aku masih orang yang sama, sosok yang bahagia, manakala kamu bahagia pula.
—wordhunter
Jumat, 15 Desember 2017
Sabtu, 25 November 2017
KETAKUTAN MENCINTAI
Aku pergi berlalu,
dan menutup hatiku--
bagi janji-janji dan cinta
yang menggoda.
Sebab masa lalu mengajarkan
untuk tidak lagi tertangkap,
oleh sesuatu atau apa pun
yang tidak layak dikejar--
Untuk berhenti mengerjakan
hal-hal yang pernah kucoba
dan melulu membawaku
kembali ke sebelumnya.
Lang Leav
dan menutup hatiku--
bagi janji-janji dan cinta
yang menggoda.
Sebab masa lalu mengajarkan
untuk tidak lagi tertangkap,
oleh sesuatu atau apa pun
yang tidak layak dikejar--
Untuk berhenti mengerjakan
hal-hal yang pernah kucoba
dan melulu membawaku
kembali ke sebelumnya.
Lang Leav
MERAYAKAN LUKA
Kamu akan mengenaliku sebagai sosok yang sempat kamu izinkan bertakhta di megahnya hati dan rasamu. Atau seseorang yang mungkin pernah menoreh luka, menciptakan kecewa, dan membiarkan air mata mengalir di pipimu.
Namun sungguh ada hal yang harus kamu tahu, ternyata aku masih menyimpanmu di dalam hati ini. Masih bersenyawa di relung dada, menemani hari demi hari, menyelinap sepi, dan gundah. Aku tidak pernah benar-benar melepaskanmu, meski kita sudah sepakat untuk menemu pisah.
Karena bagiku ada hal yang jauh lebih sulit, lebih baik aku terus mengulang-ulang luka dan cerita lama, daripada harus bersikeras untuk melupakanmu.
Tidak semua rasa dan kenangan harus dibunuh atau dimusnahkan. Hanya raga yang berpisah, sebab semesta tak lagi merestui kisah kita. Namun seluruh jiwa, masih menemuimu dalam bentuk bait-bait doa yang kupanjatkan setiap waktu.
Memang jalan kita sudah tidak satu, namun apa yang pernah tertanam begitu dalam, tak mudah untuk dihilangkan, mereka membatu, dan sesekali menjadi rindu.
Dan maaf tidak ada kesempatan lagi. Tidak ada kesempatan untuk melukai lagi dan kesempatan untuk mengulang kisah yang berakhir sama.
—wordhunter
Kamis, 23 November 2017
AKU MASA LALU MU
[ AKU. MASA LALUMU]
Sekelompok besar rasa
enggan bermuara ,
Terus-menerus mereka
mengembara,
Mencoba mencari dermaga,
Dermaga yang asih
dipenuhi jelaga,
Berbau apak memekakkan
indera,
Aksara ras kian kentara,
Mencoba menunjukan
cinta,
Tapi bungkam,
Tak berdaya, tak
percaya.
Seakan bertutur bertutur
dalam suara,
Menyampaikan angin,
Pada hati yang dingin,
Perlahan dengan pasti
hangat mulai merambat,
Tetapi air terus menerus
membandang,
Memadamkan api,
Mematikan asa.
Tak gentar ia terus
menyuarakan rasa,
Tapi sayang,
Tak jua kau sadar,
terlena, tenggelam air, masa lalu mu.
~DWI AMALIA SUJANA,2017.
Selasa, 07 November 2017
MESIN WAKTU
MESIN WAKTU
" Mengenalmu
bagaikan membaca sebuah buku tebal tak pernah habis kubaca, begitu juga saat
aku mulai mengenalmu, mendekati dan akhirnya mencintaimu "
Dan ternyata rasa ini
bukan tentang bagaimana kita berlari sekencang angin untuk meraih tujuan pada
titik yang ingin diraIh pertemuanku, tapi bagaimana aku dan kamu bisa menikmati
ditiap detik tikungan, tanjakan, naik turun bahkan pasang surutnya kehidupan.
Seperti mesin waktu, aku
selalu saja ingin berpindah tempat dan beranjak agar ruangku tak penuh sesak.
Meski selalu sempat aku jengah.
Sendiriku bukan berlari,
atau bahkan menghindar
Sendiriku selalu
berselimutkan doa-doa kepada semesta dan menyelipkan namamu diantara puja-puja
terbaik.
Dan tak akan pernah ku
beritakan, karena tak akan pernah habis doa ini untukmu.
Aku memangkas waktu
Aku mengejar waktu
Oh Tuhan
Kesendirian ini
memanggil memori, dan kembali aku memutar lagu-lagu kenangan mengingat sepanjang jalan yang pernah aku dan kamu tempuh.
Sampai terkadang sempat
kamu membuat aku menangis, pada titik rindu yang sering tak terjemah.
Karena jarakmu
Karena waktumu terlalu
disekat didinding yang tebal,
Kekonyolanku adala aku
terlalu cemburu dan terkadang melakukan hal bodoh.
Dan sungguh aku
mencintaimu ketika akhirnya akupun sadar kita sama-sama mencintai kata-kata,
aksara-aksara untuk saling membagi cerita.
Seketik doa itu menyebut
namamu, yakinlah ini RINDU YANG PALING HEBAT.
~Petruk Gandrung II
~Petruk Gandrung II
Langganan:
Postingan (Atom)